(edisi vip nasehat : secercah kisah setelah mengenal manhaj salaf)



Way of Life



Bismillah,
Hidayah itu datangnya dari Allah Azza wa Jalla
Sungguh perjalanan saya hingga berada dalam posisi ingin menghadirkan Nafas agama Islam dalam kehidupan sehari-hari itu tidak segampang membalikkan telapak tangan, ada banyak perdebatan batin. Alhamdulillah saya bersyukur kepada Allah Azza wa Jalla karena bisa mengenal dan menjadikan pilihan ini sebagai jalan hidup.
Tepatnya pada pertengahan tahun 2017 lalu, saya mulai resah dan bingung dengan kehidupanku, keresahan itu tiba-tiba muncul tanpa saya minta alias datang begitu saja, tepatnya saya merasa resah dengan kehidupan setelah kematian, pertanyaan-pertanyaan di kepala mulai bermunculan satu per satu hingga memenuhi isi kepala saya, dimulai dari pertanyaan suatu saat nanti saya pasti mati, iyakan?, apa amalan kebaikan saya sudah cukup nggak yah?, apakah nanti saya bisa masuk surga kalau kehidupan saya jauh dari agama?, dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan sulit yang saat itu belum bisa saya temukan jawabannya.
Singkat cerita, sampailah saya pada titik dimana ketika itu saya punya keinginan membuka konten dakwah pada aplikasi youtube, lalu saya mencari tema tentang surga dan neraka. Ya, di situ banyak muncul ustadz-ustadz yang tak satu pun saya ketahui latar belakangnya, namun ada beberapa ustadz yang membuat saya penasaran. Ya, seorang ustadz yang mempunyai jenggot panjang, muka ke arab-araban.
Pikiran di awal saya melihat konten dakwah dari Ustadz fulan itu adalah saya tidak suka (jengkel) dan rasanya ingin membantah karena dakwahnya terlalu keras dan kaku, sok kearab-araban, sering mengeluarkan kata bid'ah, dan tampilannya yang mirip teroris. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, kebencianku dan ketidak-setujuanku mulai terkalahkan dengan rasa penasaran tentang dakwah ini, semakin saya menanam kebencian semakin besar pula rasa penasaranku tentang dakwah salaf, dan akhirnya saya pun mulai mencari tahu banyak hal tentang salaf di media sosial, itu semua dikarenakan disetiap dakwah dari ustadz fulan mengharuskan dalam beragama kita wajib merujuk kepada generasi salafush shalih.
Setelah beberapa waktu berlalu, perasaan dalam hati saya mulai mendorongku untuk bersegera mencari tahu lebih dalam lagi tentang dakwah ini dan tidak hanya sebatas melihat dari media sosial saja. Akhirnya saya pun memutuskan untuk memberanikan diri datang dan duduk mendengarkan secara langsung dakwah ini, semua ini dikarenakan rasa penasaran saya tidak hilang dengan hanya melihat dari media sosial saja. Alhamdulillah, saya menemukan satu majelis ilmu yang bermanhaj salaf di kota saya sendiri yakni di Kota Makassar, jadi saya tak perlu terbang jauh-jauh ke Jawa atau ke Arab Saudi.
Pada saat saya datang untuk pertama kali ke majelis ilmu ini adalah hati terasa tentram tanpa beban (hingga saat ini saya pun tak tahu kenapa hati saya bisa tentram pada waktu itu). Saat berada di parkiran masjid As-sunnah Makassar saya sudah disambut dengan salam dan senyum dari para jama'ah masjid. Ketika kaki mulai melangkah masuk ke dalam masjid, yang saya temukan banyak pemuda dan orang tua yang tampilannya semua sangat sederhana, dan lagi saya disambut dengan banyak senyuman hangat dari jama'ah yang sudah lebih dulu ada di dalam masjid dan semua anggapan dan kebencianku pun mulai terbantahkan dan berguguran satu per satu. Akhirnya setelah shalat berjamaah, majelis pun dimulai dan “bangggg” di tengah-tengah pembahasan kitabut Tauhid itu pula saya mulai dapat mengetahui tujuan hidup yang sebenarnya, untuk apa saya diciptakan, bagaimana cara menjalankan agama dengan baik, kenapa beragama harus mengikuti para generasi terbaik atau biasa disebut salafush shalih, dan banyak hal-hal lainnya yang saya temukan dan karena itu pula saya menangis seraya berkata di dalam hati “Ya Allah kenapa baru sekarang saya mengenal dakwah ini, kenapa tidak dari dulu saja ya Allah”.
Dari kehadiranku yang untuk pertama kali itu pula saya mulai paham tujuan manusia diciptakan di dunia ini dan kenapa kita wajib mengikuti Nabi Muhammad dan para sahabat dalam menjalankan agama Islam.
Akhirnya, semua kebencian dan anggapan atau stigma burukku tentang dakwah salaf itu terbantahkan, dan saya bersyukur karena Allah Azza wa Jalla telah menuntunku ke jalan ini, dan saya bahagia.
—————-
Di sini saya juga sertakan sedikit mutiara salaf

Cara Memahami Al Kitab dan As Sunnah Dengan Benar Adalah Mengikuti Jalan Para Salafush Shalih

Syaikh DR. Nashir bin Abdul Karim Al ‘Aql menuliskan salah satu kaidah dan pedoman yang harus dipegang oleh seorang muslim yaitu:
“Rujukan dalam memahami Al Kitab dan As Sunnah adalah nash-nash (dalil-dalil) yang menjelaskannya beserta pemahaman salafush shalih (sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in) dan pemahaman para imam (ulama) yang menempuh metode (manhaj) mereka. Dan apa yang sudah jelas hukumnya dari itu semua maka tidak boleh ditentang dengan semata-mata kemungkinan (celah) makna bahasa” (Mujmal Ushul Ahlis Sunnah, hal. 7)
Allah Azza wa Jalla mengaitkan keridhaan-Nya dengan pengikutan terhadap Muhajirin dan Anshar (para sahabat Nabi).
Allah Ta'ala berfirman yang artinya:
“Dan orang-orang yang terdahulu dan pertama-tama berjasa bagi Islam dari kalangan Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah.” (QS. At Taubah: 100)
Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang mengikuti para sahabat (salafush shalih) akan mendapatkan keridhaan Allah.
Maka jika kita ingin mendapatkan keridhaan Allah kita harus mengikuti para sahabat dalam beragama; mengikuti pemahaman mereka terhadap Al Kitab dan As Sunnah. Sehingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah orang yang di jamanku (sahabat), kemudian sesudahnya (tabi’in) dan kemudian sesudahnya (tabi’ut tabi’in).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah Ta’ala berfirman di dalam al-Qur’an yang artinya:
“Dan Kami turunkan kepadamu Adz Dzikra (al-Qur’an) supaya kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka mau memikirkan.” (QS. An Nahl: 44)
Ini menunjukkan bahwa Allah Ta'ala memerintahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk menyampaikan dan menjelaskan wahyu al-Qur’an kepada seluruh Ummat sejak di utus menjadi Rasul, dan yang menjadi murid pertama adalah para sahabat Nabi.
Jadi, Di sini kita ketahui pentingnya memahami perkara agama dengan pemahaman para salafush shalih karena para sahabat Nabi-lah yang lebih paham dari kita tentang bagaimana cara beragama dengan baik karena para sahabat adalah murid langsung Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, para sahabat yang menyaksikan dan mendengar langsung dari Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
Dan seperti yang kita ketahui, semua perkara harus dipulangkan kepada ahlinya. Contoh kecil kalau anda sakit jantung, yah kan dirujuk ke dokter yang ahli jantung, anda sakit stroke yah anda pasti di rujuk ke dokter ahli syaraf, anda sakit diabetes mellitus yah anda pastinya dirujuk ke dokter ahli Interna, apalagi dalam masalah agama yang dimana ini menyangkut tentang dunia dan akhirat manusia yah pastinya harus merujuk kepada yang lebih Ahli.
Dalam masalah ushul fikih kita harus merujuk kepada para ulama ushul fikih, dalam masalah tafsir kita merujuk kepada ulama tafsir, dan dalam masalah hadits kita juga harus merujuk kepada ahli hadits, dst. (silakan lihat penjelasan hal ini di dalam Mukaddimah Ilmiyah yang ditulis oleh Al Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat hafizhahullah di dalam Al Masaa’il, jilid. 3 Masalah ke-66, hal. 25-29. Bacalah !!!)
Sehingga dengan begitu kita tidak sembarangan mengambil pendapat ulama, apalagi ulama yang tak bermanhaj salaf. Karena sekali lagi kita harus mempertimbangkan baik-baik pendapat tersebut dengan kemampuan yang Allah berikan kepada kita.
Sesedikit apapun ilmu kita Allah masih tetap menyisakan di dalam hati kita kemampuan untuk membandingkan manakah yang lebih baik, lebih kuat dan lebih selamat berdasarkan keterangan yang sampai kepada kita.
Sekali lagi saya ingatkan, (jangan sampai karena hawa nafsu kita sendiri menyebabkan kita memilih untuk membantah kebenaran sesudah datangnya kebenaran hanya karena kebenaran tidak cocok dengan hawa nafsu atau keinginan kita.)
Innamal a’maalu bin niyaat” (Sesungguhnya amal itu akan dibalas berdasarkan niatnya).
Semoga kita semua di jauhkan dari segala perkara syubhat dan syahwat yang bisa membuat kita melenceng dari jalan yang haq.
Semoga ada hikmah dari tulisan ini,
Wallahu a’lam bish shawab.
Alhamdulillaahilladzi bini’matihi tatimmush shalihaat

Dikisahkan oleh : Rissaputra